Kamis, 09 Agustus 2012

Diposting oleh Unknown di 21.34 0 komentar

Sally
                                           Karya : Stefhani Lestari R.
Semua yang ia miliki menjadi sia-sia dan tak berarti karena kecerobohannya yang membuat hidupnya direnggut oleh sang waktu.
Dia sahabatku Sally, gadis berambut panjang hitam dan berparas cantik. Sudah 2 tahun lamanya aku dan dia bersahabat, sahabat dalam suka dan duka. Namun suatu ketika peristiwa sedih ku alami, ketika aku harus melihatnya mengatupkan jemari tangannya, dan tertidur untuk selamanya.
Awalnya aku dan Sally hanya sebatas teman biasa,dan entah mengapa banyak anak-anak yang menjauhinya di sekolah. Aku belum tahu persis siapa Sally ini, dan mengapa banyak anak yang menjauhinya, karena saat itu aku berstatus anak baru di sekolah. Suatu ketika aku hendak menghampirinya yang tengah duduk di bawah pohon di samping kelasnya.
“hay” sapaku.
Ia hanya menoleh kearahku dan menatapku sejenak seolah ia tak mau berkawan denganku. Ia tak mengucapkan sepatah kata apapun.
“hay, kenalin aku Dita” sapaku lagi untuk kedua kalinya.
Namun keadaan masih tetap sama, dia hanya terdiam tak mau berbicara dan membalas sapaanku. Wajahnya hanya terlihat murung dan pucat. Apakah dia ini bisu, ataukan dia tak mengerti bahasaku ?? Entahlah..
“nama kamu siapa ?” ucapku lagi, sambil mengajaknya mengobrol dan duduk di sebelahnya.
“kalau kamu masih tetap berada didekatku dan mengusik ketenanganku, aku akan pergi. “ jawabnya ketus.
“sorry, aku tidak bermaksud untuk mengganggumu, aku hanya ingin ngobrol denganmu. Soalnya aku belum punya temen disini. Boleh tidak aku jadi temen kamu ?” kataku menoleh kearah wajahnya.
“aku bilang jangan ganggu aku” ucapnya dengan nada suara yang perlahan-lahan meninggi. Sepertinya dia marah karena aku sudah mengganggunya, padahalkan aku tidak bermaksud seperti itu.
“okelah kalau kamu tidak mau jadi temenku”  akupun segera bangkit dan berdiri dari duduk menyilangku.
“tidak ada yang mengerti dengan keadaanku saat ini” ujar Sally saat aku sudah membelakanginya. Akhirnya dia mau berbicara. Aku segera menoleh kembali kebelakang, melihat pipinya yang mulai di banjiri air mata.
“ada apa denganmu ?” tanyaku.
“ aku ingin bercerita panjang denganmu, semoga kamu orang yang tepat yang Tuhan kirim untukku sebagai sahabatku “  ucapnya dengan tangis yang tak kunjung berhenti.
Setelah beberapa saat bercerita dengannya dijam pulang sekolah waktu itu, aku akhirnya tau seberapa berat beban yang ia alami saat ini. kisah hidupnya mampu membuatku ikut tersakiti dan menjatuhkan air mata. Ternyata saat ini Sally telah positive terinfeksi virus HIV yang di tularkan oleh kekasihnya sendiri. Ia entah sadar atau tidak telah melakukan hubungan intim dengan laki-laki yang tak jelas asal-usulnya. Sungguh suatu kebodohan yang akan menimbulkan penyesalan yang sangat dalam. Sudah 6 bulan ia mengidap virus HIV, dan sekarang ia mengidap banyak penyakit lainnya, sementara orang tuanya sudah tak mempedulikannya lagi, karena Sally di anggap sudah terlalu nakal. Ia memutuskan untuk tinggal sendiri, dan menunggu kapan ia akan menutup mata selamanya. Tanpa sepengetahuan ayah ibunya.
“aku nggak tahu Dit apa yang mesti aku lakuin sekarang. Aku sudah merasa tak berarti lagi, tak ada yang mau menemaniku dan menjadi sahabatku.”
“dan aku pula sudah tidak tau harus katakan apa kepadamu Sally, tapi aku akan menjadi sahabatmu, akan selalu menemanimu.”
Tak ada yang dapat aku lakukan untuknya saat ini, tak ada pula kata yang mampu kuucapkan saat keadaannya suda separah ini. Di saat waktu hidupnya sudah tak lama lagi akan habis. Aku hanya bisa menemaninya, membuatnya tersenyum ketika wajahnya sudah pucat dan tak mampu tersenyum lagi.
“Kenapa kamu mau berteman denganku ?” tanyanya.
“Sally itu kan namamu ? Aku hadir bukan hanya sekedar ingin berteman denganmu, tapi aku kan hadir menjadi sahabat untukmu.” Jawabku.
Namun ia hanya terdiam mendengar perkataanku. Lalu tak lama Vio pun datang di sampingku.
“Dit, kok kamu mau berteman dengan orang seperti dia ? kamu udah tahu kan apa yang sudah ia alami ? emang kamu nggak takut tertular tuh dengan virusnya ?” bisik Vio padaku.
“ Vio virus HIV itu tidak menular semudah yang kamu bayangkan. Virus itu tertular jika adanya kontak langsung dengan penderita, seperti hubungan seks, pengunaan jarum suntik bergantian, dan hubungan intim lainnya. Jadi buat apa takut ?” jawabku.
“Ohh… aku nggak pernah tau tuh masalah seperti itu”
“Hidup penderita HIV AIDS itu sudah sangat rentan. Hidup mereka sudah tak berarti lagi, tak ada jalan untuk keluar dari penyakit ini. Nah jika kita terus menjauhi mereka dan tak memperdulikan mereka, apa gunanya kita sebagai teman ? sebagai manusia biasa ? jika kita hanya bisa memperhatikan diri kita sendiri. Cobalah kita bercermin, kita lihat mereka yang ada di belakang kita. Hidup mereka telah di vonis oleh hokum karma dari Tuhan. Jika kita tidak segera menyadarkan mereka, mereka akan semakin di belenggu oleh rasa perih dan ketidaktenangan.” Ucapku lagi panjang lebar menanggapi ocehan Vio.
“Wahh.. kamu banyak tau yahh tentang HIV AIDS. “
Tak lama bercakap-cakap dengan Vio akupun kembali ketempat Sally duduk, dan mengajaknya berjalan-jalan di kaki bukit, tepat di belakang rumahku.
“Sally, kamu lihat dehh disana  masih ada berjuta-juta orang yang sibuk dengan kesibukannya masing-masing hingga lupa dengan Tuhan. Seperti kacang lupa kulitnya. Tapi kamu tahu tidak masih ada pula orang-orang disana yang setiap harinya berdoa dan berdoa tanpa melakukan sebuah usaha. Tapi aku tidak menyuruhmu untuk memusingkan kepala memikirkan mereka, aku hanya ingin kamu melihat dirimu, pandangi dirimu, apakah kamu akan menghabiskan sisa umurmu tanpa mengenal Tuhan ? apakah kamu ingin berharap untuk bisa bertemunya di surga kelak ? semua orang menginginkan hal itu, dan tak satupun yang tau apakah itu dapat terkabul atau tidak.”
Sally hanya terdiam mendengar perkataanku, mencoba menerawang lebih jauh dengan keadaannya.
“Kamu mau nggak mengantarku ke tempat ibadah ?” ucapnya penuh kepolosan.
“Dengan senang hati.” tanpa ragu-ragu aku pun mengantarnya ke sebuah gereja.
Perlahan-lahan ia berjalan memasuki tempat suci itu, kemudian ia berlutut dan menangis dan menutup mata sambil berdoa dengan linangan air mata. Entah apa yang ia katakan, itu adalah rahasianya dengan Tuhan.
“Tolong tinggalkan aku sendiri dalam tempat yang tenang ini.” kata Sally ingin terus berada dalam gereja itu. Dan akhirnya akupun meninggalkannya sendiri, membiarkannya untuk terus berdoa.
Haripun terus berganti, siang dan malam menjadi pertanda waktu masih terus bergulir dan menghantar manusia kejalannya masing-masing. Hidup itu terlalu indah jika harus disia-siakan dengan percuma. Penyesalanpun masih akan terus mengikuti jika pilihan hidup yang kita pilih itu salah. Memang bagi orang-orang yang bijak, pilihan akan terasa mudah bagi mereka, namun jika bagi orang-orang yang ceroboh mereka akan mudah sekali untuk memilih kesenangan yang hanya sementara.
 Setelah setahun lebih Sally mengidap penyakitnya, ia menjalani hidup penuh dengan penderitaan, ketika ia harus menderita rasa sakit yang ia alami di tubuhnya. Tapi di lain sisi Tuhan masih terus ada di sampingnya, memberi kekuatan yang mampu membuatnya masih dapat tersenyum walaupun yang hanya bisa ia lakukan hanyalah terbaring disebuah tempat tidur.
“Selamat sore sahabatku” kataku hendak menghampirinya saat sepulangku sekolah.
 Namun Sally hanya terdiam menatapku, menjatuhkan air mata untuk kesekian kalinya. Seolah aku sudah tak mampu lagi melihat penderitaannya, namun apalah daya andai waktu dapat berputar kembali aku mungkin akan hadir secepat mungkin dalam hidup Sally, menjadi sahabat yang bisa menjaganya. Tapi Tuhan berkehendak lain.
“Dita jangan kasih tahu ke siapa-siapa yah, kalau aku  tinggal disini. Aku mau tidur tenang, tanpa ada yang bersedih saat melihat keadaanku yang sudah seperti ini. aku nggak mau melihat mereka menangis.” Ucap Sally, sambil tertidur. Yah mungkin ia sudah lelah dan ingin beristirahat. Aku seharusnya tidak mengganggunya, besok pagi saja aku kembali kesini.
“tolong jaga Sally yah. Aku mau pulang dulu” kataku pada pembantu yang tinggal bersama dengan Sally.
Malam pun berlalu, sang bulan nian berganti disusul oleh sang fajar. Dengan bersemangat aku berangkat ke sekolah membawa sejuta harapan yang akan ku raih disuatu saat nanti, yaitu kesuksesan. Yah itu memang dambaan setiap insane yang ingin hidupnya bahagia.
“Sally, Sally, Sally…” panggilku namun tak ada jawaban. Aku pun langsung saja masuk karena kebetulan pintu tak di kunci. Ternyata Sally masih tidur lelap di pembaringannya. Tapi ada sesuatu yang aneh dengannya, tubuhnya tak memperlihatkan tanda-tanda bahwa ia masih bernafas. Akupun segera mendekatkan diri padanya, dan mendapati sebercak darah di lantai.
“Ohh Tuhan” di tangan kanannya ada goresan pisau yang membuat darahnya terus mengalir keluar. Apa yang terjadi saat ini ? aku tak bisa menebaknya, aku tak mampu mengucapnya, bahwa apa yang ku lihat saat ini adalah kenyataan. Jika ini hanyalah mimpi, mengapa aku harus melihatnya disaat sekarang ini ?
Disamping tubuhnya ada sepucuk surat bertuliskan dengan tinta merah.
Dit, aku minta maaf kalau selama ini aku sudah buat kamu susah, hingga semua orang menjauhimu karena mau bergaul dengan penderita HIV AIDS sepertiku. Tapi aku berterima kasih, kamu sudah mau menjadi sahabat terbaikku selama 2 tahun belakangan ini. kamu sudah mengajarkan banyak hal kepadaku, kamu mengubah hidupku yang sudah suram dan gelap menjadi sedikit terang.
 Aku kini baru sadar kalau apa yang sudah ku lakukan selama ini adalah hal yang sangat bodoh. Aku menyia-nyiakan hidup yang begitu berharga ini, dan mengakhirinya dengan cara yang sangat bodoh pula. Tapi aku juga bahagia sekarang kamu bisa kembali lagi ke kehidupanmu yang normal, berteman dengan siapa saja tanpa ada aku lagi. Tolong yah dit sampaikan kepada orang tuaku kata maaf yang sebesar-besarnya, aku begitu durhaka kepada mereka. Aku tak bisa membalas kebaikan mereka selama ini. Katakan pula kepada mereka kalau aku  sangat mencintai mereka.
Sekarang aku ingin kembali ke sang pencipta, aku berharap Tuhan mau menerimaku untuk tertidur di pangkuannya. Sama seperti yang telah kamu ajarkan kepadaku. Disana mungkin akan lebih terasa nyaman, tak ada godaan jahat, tak ada rasa sakit dan tak ada pula yang dikucilkan. Tapi mungkin aku akan merindukanmu Dit ,dan  aku juga mungkin akan menangis jika kamu punya sahabat baru,dan akan bersedih kalau kamu sudah melupakanku. Tapi semua sudah menjadi kenyataan kalau aku tak akan bisa hidup lebih lama lagi.
Jaga diri kamu baik-baik yah Dit, aku mau istirahat dulu aku sudah lelah menahan rasa sakit. Percaya deh kalau kamu terus berdoa untukku, pasti aku akan baik-baik saja. Kamu jangan nangis yah, aku sudah nggak ada lagi untuk hapus air mata kamu.
                                                                                                             
                                                                                                        Sally
Sekarang dia sudah pergi. Tak ada lagi Sally, tak ada lagi sahabatku. Perasaanku bercampur aduk, disisi lain aku sangat sedih kehilangan seorang sahabat, tetapi disisi yang lain pula aku sekarang lega melihat Sally beristirahat selamanya karena ia tidak lagi menjerit kesakitan. Tapi semua ini adalah suatu pelajaran bagi hidup ku dan semua orang. Bahwa hidup itu terlalu indah untuk di sia-siakan.
Setiap perbuatan pasti ada ganjarannya, perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan dan perbuatan buruk akan pula dibalas dengan kesengsaraan. Seperti itulah hokum alam yang ada. Jika kita menyiakan hidup dengan sebuah kebodohan maka tak segan hidup akan menghukum kita dengan cara yang sama saat kita menyiakannya. Yakinilah hanya ada satu cinta yang akan kau berikan segalanya untuknya, hanya ada satu insane yang akan melengkapimu dengan sempurna, dan hanya ada satu ikatan antara engkau dan pasanganmu.
Dan percayalah hanya ada satu kawan sejati dalam hidupmu, dan beribu-ribu teman  untukmu yang mungkin akan hadir disaat kejayaanmu, dan akan segera pergi disaat kesengsaraanmu. Namun kawan sejati akan selalu ada disaat tak ada lagi yang memperhatikan dan mempedulikanmu. Ia takkan hanya hadir jika saat engkau tersenyum bahagia, namun kan pula ada disaat engkau menangis dan saat kedukaanmu hadir untuk menghapus air matamu.
Baca Selengkapnya

Rabu, 08 Agustus 2012

Diposting oleh Unknown di 19.22 0 komentar
hi... sy Stevany Lestari.
ini blog baru sayaa.
saya siswa di SMA YPS soroako.
kelas XI IPA 1.
saya adalah seorang penulis, yahh baru penulis pemula, tidak sehebat penulis yang lainnya..
hmmm...  yang penting saya bisa menuangkan semua cerita saya lewat tulisan.. hehehehe..
saya sudah melahirkan 2 buku, buku perdana saya judulnya Mawar Merah dan judul ke dua Aira.
salam kenal dari sayaa..

Baca Selengkapnya
 

Stefhany Lestari Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review